Ketahuilah Jenis Demam Anda-Know Your Type-Fever

By admin on 22.16

komentar (3)

Filed Under:


Suhu normal tubuh manusia berkisar antara 36.5-37.2 ˚C. Suhu subnormal yaitu <36.5 ˚C, hipotermia merupakan suhu <35 ˚C. Demam terjadi jika suhu >37.2 ˚C. hiperpireksia merupakan suhu ≥41.2 ˚C.

Terdapat perbedaan pengukuran suhu di oral, aksila, dan rectal sekitar 0.5 ˚C; suhu rectal > suhu oral > suhu aksila.

Mekanisme Demam

Tujuan dari pengaturan suhu adalah mempertahankan suhu inti tubuh sebenarnya pada set level 37˚C. Demam (pireksia) merupakan keadaan suhu tubuh meningkat melebihi suhu tubuh normal. Apabila suhu tubuh mencapai ±40°C disebut hipertermi.

Etiologi

Gangguan otak atau akibat zat yang menimbulkan demam (pirogen) yang menyebabkan perubahan “set point”. Zat pirogen ini bisa berupa protein, pecahan protein, dan zat lain (terutama kompleks lipopolisakarida atau pirogen hasil dari degenerasi jaringan tubuh yang menyebabkan demam selama keadaan sakit). Pirogen eksogen merupakan bagian dari patogen, terutama kompleks lipopolisakarida (endotoksin) bakteri gram (-) yang dilepas bakteri toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu.

Patofisiologi

Ketika tubuh bereaksi adanya pirogen atau patogen. Pirogen akan diopsonisasi (harfiah=siap dimakan) komplemen dan difagosit leukosit darah, limfosit, makrofag (sel kupffer di hati). Proses ini melepaskan sitokin, diantaranya pirogen endogen interleukin-1α (IL-1α), IL-1β, 6, 8, dan 11, interferon α2 dan γ, Tumor nekrosis factor TNFα (kahektin) dan TNFβ (limfotoksin), macrophage inflammatory protein MIP1. Sitokin ini diduga mencapai organ sirkumventrikular otak yang tidak memiliki sawar darah otak. Sehingga terjadi demam pada organ ini atau yang berdekatan dengan area preoptik dan organ vaskulosa lamina terminalis (OVLT) (daerah hipotalamus) melalui pembentukan prostaglandin PGE₂.

Ketika demam meningkat (karena nilai sebenarnya menyimpang dari set level yang tiba-tiba neningkat), pengeluaran panas akan dikurangi melalui kulit sehingga kulit menjadi dingin (perasaan dingin), produksi panas juga meningkat karena menggigil (termor). Keadaan ini berlangsung terus sampai nilai sebenarnya mendekati set level normal (suhu normal). Bila demam turun, aliran darah ke kulit meningkat sehingga orang tersebut akan merasa kepanasan dan mengeluarkan keringat yang banyak.

Pada mekanisme tubuh alamiah, demam bermanfaat sebagai proses imun. Pada proses ini, terjadi pelepasan IL-1 yang akan mengaktifkan sel T. Suhu tinggi (demam) juga berfungsi meningkatkan keaktifan sel T dan B terhadap organisme patogen. Konsentrasi logam dasar di plasma (seng, tembaga, besi) yang diperlukan untuk pertumbuhan bakteri dikurangi. Selanjutnya, sel yang rusak karena virus, juga dimusnahkan sehinga replikasi virus dihambat. Namun konsekuensi demam secara umum timbul segera setelah pembangkitan demam (peningkatan suhu). Perubahan anatomis kulit dan metabolisme menimbulkan konsekuensi berupa gangguan keseimbangan cairan tubuh, peningkatan metabolisme, juga peningkatan kadar sisa metabolism, peningkatan frekuensi denyut jantung (8-12 menit⁻¹/˚C) dan metabolisme energi. Hal ini menimbulkan rasa lemah, nyeri sendi dan sakit kepala, peningkatan gelombang tidur yang lambat (berperan dalam perbaikan fungsi otak), pada keadaan tertentu demam menimbulkan gangguan kesadaran dan persepsi (delirium karena demam) serta kejang.


Tipe Demam

Demam Septik.
Suhu badan naik ke tingkat tinggi sekali pada malam hari, lalu suhu turun (masih) di atas normal pada pagi hari pada pagi hari. Sering terdapat menggigil, berkeringat

Demam Hektik.
Suhu badan naik ke tingkat tinggi sekali pada malam hari, lalu suhu turun sampai normal pada pagi hari pada pagi hari.

Demam Remiten.
Suhu badan dapat turun setiap hari namun tidak pernah sampai suhu badan normal, namun selisih tak pernah sampai >2 ˚C, tidak sebesar penurunan pada demam septik.

Demam Intermiten.
Suhu badan dapat turun beberapa jam dalam 1 hari. Bila demam terjadi tiap dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari bebas diantara dua serangan demam disebut kuartana.

Demam Kontinyu.
Variasi suhu badan yang meningkat sepanjang hari dan tidak berbeda lebih dari 1 ˚C. Jika sampai pada tingkat yang lebih tinggi disebut hiperpireksi.
Demam Siklik. Demam ditandai dengan kenaikan suhu selama beberapa hari, kemudian diikuti periode bebas demam selama beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.

Demam kadang dihubungkan pada suatu penyakit, misal abses, pneumonia, infeksi saluran kencing atau malaria; kadang idopatik.

Bila demam disertai dengan sakit otot, rasa lemas, tak nafsu makan, mungkin pilek, batuk dan sakit tenggorok biasanya digolongkan sebagai influenza (common cold).

Kausa demam selain infeksi, juga bisa akibat toksemia, keganasan, obat, dan gangguan pusat pengatur suhu sentral (heat stroke, perdarahan otak, koma)

Hal-hal khusus yang diperhatikan pada demam seperti cara timbul, lama demam, sifat, tinggi demam, keluhan serta gejala lain demam. Demam yang tiba-tiba tinggi, mungkin diakibatkan virus.

Demam Belum Terdiagnosis merupakan keadaan seseorang yang mengalami demam terus-menerus selama 3 minggu dengan suhu badan >38.3 ˚C dan tetap belum ditemukan penyebabnya walaupun telah diteliti selama seminggu secara intensif dengan menggunakan laboratorium dan penunjang medis lainnya.

Demam Dibuat-Buat (Factitius Fever) merupakan demam yang dibuat seseorang dengan sengaja dengan berbagai cara agar suhu badannya melebihi suhu badan sebenarnya.

Referensi

Guyton A. C, Hall J. E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta : EGC.

Sudoyo A. W. dkk, 2007. Buku Ajar – Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV . Jakarta : EGC

PILIH IBUPROFEN ATAU PARACETAMOLKAH JIKA DEMAM?

By admin on 22.12

komentar (0)

Filed Under:


Untuk penurun panas (antipiretik) pada anak yang direkomendasikan oleh WHO sejak thn 1997 hingga kini adalah Paracetamol. Karena Paracetamol relatif lebih aman dibandingkan
dengan obat antipiretik yang lain utk anak.

Ibuprofen memang merupakan antipiretik yang penggunaannya dikontraindikaskan (dilarang) pada kasus demam berdarah (DHF/Dengue Haemoragic Fever) karena:
1. ibuprofen dapat menyebabkan perdarahan pada lambung dan
2. Ibuprofen dapat mengganggu proses pembekuan darah, sedangkan pada penderita demam berdarah, akan mengalami berkurangnya kemampuan pembekuan darah.

Karena itu jika pada awal timbulnya demam/panas pada anak dimana kita belum dapat memastikan penyebab demam, sebaiknya menggunakan Paracetamol. Karena jika ternyata demamnya karena DHF, celaka lah kita jika memberikan Ibuprofen!!

Untuk aspirin atau asam asetil salisilat / asetil salisilat acid sekarang sudah ditinggalkan
penggunaannya sebagai antipiretik pada anak, karena mempunyai efek samping dapat menimbulkan Sindroma Reye (Reye's Syndrome) pada anak yang dapat berakibat
fatal. Note : Ibuprofen sendiri tidak menyebabkan Reye's Syndrome.

Sedangkan Paracetamol sendiri bukannya tidak mempunyai efek samping, loh. Efek sampingnya adalah hepatotoksik, atau terganggunya fungsi hati/hepar/liver.... Tetapi jika dalam dosis terapi masih aman.

Hepatotoksik dapat timbul jika :
1. Dosis harian (dosis yang diminum dalam satu hari) melebihi 8 gram (=16 tablet Paracetamol, 1tab Paracetamol biasanya 500mg atau jika menggunakan Paracetamol syrup = 32 sendok takar 5 ml dalam sehari) Note : pada anak dosis harian Paracetamol sirup = 3 -
4 x 250 mg atau 3 - 4 x sendok takar 5ml.

2. Penggunaannya dalam jangka waktu lama, biasanya lebih dari 14 hari.

Jadi jika Paracetamol digunakan pada anak dalam dosis 3-4 X 250 mg per hari atau sampai 3-4 X 500 mg per hari pada dewasa, selama 3 - 7 hari, masih aman dan jauh dari kemungkinan timbulnya hepatotoksik tadi.

FISIOLOGI NYERI- physiology of pain

By admin on 22.04

komentar (1)

Filed Under:


A. DEFINISI NYERI

Nyeri adalah sensasi subjektif, rasa yang tidak nyaman biasanya berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial (Corwin J.E. ).
Ketika suatu jaringan mengalami cedera, atau kerusakan mengakibatkan dilepasnya bahan – bahan yang dapat menstimulus reseptor nyeri seperti serotonin, histamin, ion kalium, bradikinin, prostaglandin, dan substansi P yang akan mengakibatkan respon nyeri (Kozier dkk). Nyeri juga dapat disebabkan stimulus mekanik seperti pembengkakan jaringan yang menekan pada reseptor nyeri. (Taylor C. dkk)
Ganong, (1998), mengemukakan proses penghantaran transmisi nyeri yang disalurkan ke susunan syaraf pusat oleh 2 (dua) sistem serat (serabut) antara lain:
(1).Serabut A – delta (Aδ) Bermielin dengan garis tengah 2 – 5 (m yang menghantar dengan kecepatan 12 – 30 m/detik yang disebut juga nyeri cepat (test pain) dan dirasakan dalam waktu kurang dari satu detik, serta memiliki lokalisasi yang dijelas dirasakan seperti ditusuk, tajam berada dekat permukaan kulit.
(2).Serabut C, merupakan serabut yang tidak bermielin dengan garis tengah 0,4 –1,2 m/detik disebut juga nyeri lambat di rasakan selama 1 (satu) detik atau lebih, bersifat nyeri tumpul, berdenyut atau terbakar.
Nyeri merupakan alasan yang paling umum seseorang mencari bantuan perawatan kesehatan. Nyeri terjadi bersama proses penyakit, pemeriksaan diagnostik dan proses pengobatan. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan banyak orang. Perawat tidak bisa melihat dan merasakan nyeri yang dialami oleh klien, karena nyeri bersifat subyektif (antara satu individu dengan individu lainnya berbeda dalam menyikapi nyeri). Perawat memberi asuhan keperawatan kepada klien di berbagai situasi dan keadaan, yang memberikan intervensi untuk meningkatkan kenyamanan. Menurut beberapa teori keperawatan, kenyamanan adalah kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan.
Pernyataan tersebut didukung oleh Kolcaba yang mengatakan bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia.
Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan. Teori Specificity “suggest” menyatakan bahwa nyeri adalah sensori spesifik yang muncul karena adanya injury dan informasi ini didapat melalui sistem saraf perifer dan sentral melalui reseptor nyeri di saraf nyeri perifer dan spesifik di spinal cord
Secara umum keperawatan mendefinisikan nyeri sebagai apapun yg menyakitkan tubuh yg dikatakan individu yg mengalaminya, yg ada kapanpun individu mengatakannya

B. ISTILAH DALAM NYERI
• Nosiseptor : Serabut syaraf yang mentransmisikan nyeri
 Non-nosiseptor : Serabut syaraf yang biasanya tidak mentransmisikan nyeri
• System nosiseptif : System yang teribat dalam transmisi dan persepsi terhadap
nyeri
• Ambang nyeri : Stimulus yg paling kecil yg akan menimbulkan nyeri
• Toleransi nyeri : intensitas maksimum/durasi nyeri yg individu ingin untuk dpt
ditahan
C. SIFAT-SIFAT NYERI
• Nyeri melelahkan dan membutuhkan banyak energi
• Nyeri bersifat subyektif dan individual
• Nyeri tak dapat dinilai secara objektif seperti sinar X atau lab darah
• Perawat hanya dapat mengkaji nyeri pasien dengan melihat perubahan fisiologis tingkah laku dan dari pernyataan klien
• Hanya klien yang mengetahui kapan nyeri timbul dan seperti apa rasanya
• Nyeri merupakan mekanisme pertahanan fisiologis
• Nyeri merupakan tanda peringatan adanya kerusakan jaringan
• Nyeri mengawali ketidakmampuan
• Persepsi yang salah tentang nyeri menyebabkan manajemen nyeri jadi tidak optimal

Secara ringkas, Mahon mengemukakan atribut nyeri sebagai berikut:
• Nyeri bersifat individu
• Nyeri tidak menyenangkan
• Merupakan suatu kekuatan yg mendominasi
• Bersifat tidak berkesudahan

D. FISIOLOGI NYERI
Banyak teori berusaha untuk menjelaskan dasar neurologis dari nyeri, meskipun tidak ada satu teori yang menjelaskan secara sempurna bagaimana nyeri ditransmisikan atau diserap. Untuk memudahkan memahami fisiologi nyeri, maka perlu mempelajari 3 (tiga) komponen fisiologis berikut ini:
Resepsi : proses perjalanan nyeri
Persepsi : kesadaran seseorang terhadap nyeri
Reaksi : respon fisiologis & perilaku setelah mempersepsikan nyeri

FISIOLOGI NYERI :
• Transduksi adalah proses dimana stimulus noksius àaktivitas elektrik reseptor terkait.
• Transmisi, dalam proses ini terlibat tiga komponen saraf yaitu saraf sensorik perifer yang meneruskan impuls ke medulla spinalis, kemudian jaringan saraf yang meneruskan impuls yang menuju ke atas (ascendens), dari medulla spinalis ke batang otak dan thalamus. Yang terakhir hubungan timbal balik antara thalamus dan cortex.
• Modulasi yaitu aktivitas saraf utk mengontrol transmisi nyeri. Suatu jaras tertentu telah diteruskan di sistem saran pusat yang secara selektif menghambat transmisi nyeri di medulla spinalis. Jaras ini diaktifkan oleh stress atau obat analgetika seperti morfin (Dewanto).
• Persepsi, Proses impuls nyeri yang ditransmisikan hingga menimbulkan perasaan subyektif dari nyeri sama sekali belum jelas. bahkan struktur otak yang menimbulkan persepsi tersebut juga tidak jelas. Sangat disayangkan karena nyeri secara mendasar merupakan pengalaman subyektif sehingga tidak terhindarkan keterbatasan untuk memahaminya (Dewanto).
Ada dua jenis transmisi saraf :

1. Ionotropik dimana mediator bekerja langsung pada pintu ion ke dalam sel.
Ciri jenis transmisi itu adalah (i) proses berlangsung cepat dan (ii) masa proses
Singkat.
2. Metabotropik dimana mediator bekerja lewat perubahan biokimia pada
membrane post-sinaps. Ciri transmisi cara ini adalah (i) lambat dan (ii) berlangsung lama. Prostaglandin E 2 termasuk dalam golongan metabotropik; Hiperalgesia karena prostaglandin E 2 terjadi lambat tapi berlangsung lama. Morfin dan obat-opiat lainnya juga masuk golongan metabotropik, tetapi obat-obat ini menghambat hiperalgesia — bekerjanya juga lambat dan berlangsung lama. Trauma mekanik (dan juga trauma fisika dan kimia? ) rupa-rupanya langsung merusak integritas membran dan tergolong ionotropik , bersama bradykinin. Rasa nyeri timbul cepat dan berlangsung singkat, kecuali bila kerusakan yang ditimbulkannya hebat tentu rasa nyeri dapat berlangsung lama.

TRANSDUKSI
Pada nyeri nosiseptif, fase pertamanya adalah transduksi, konversi stimulus yang intens apakah itu stimuli kimiawi seperti pH rendah yang terjadi pada jaringan yang meradang , stimulus panas diatas 420C, atau kekuatan mekanis. Disini didapati adanya protein transducer spesifik yang diekspresikan dalam neuron nosiseptif ini dan mengkonversi stimulus noksious menjadi aliran yang menembus membran, membuat depolarisasi membran dan mengaktifkan terminal perifer. Proses ini tidak melibatkan prostanoid atau produksi prostaglandin oleh siklo-oksigenase, sehingga nyeri ini, atau proses ini, tidak dipengaruhi oleh penghambat enzim COX-2. (7) . Neuron transduksi diperankan oleh suatu nosiseptor berupa serabut A-δ dan serabut C yang menerima langsung suatu stimulus noksius. (3) Serabut A-δ merupakan suatu serabut saraf dengan tebal 1- 3 mm dan diliputi oleh selaput mielin yang tipis. Kecepatan transimisi impuls pada serabut A-δ adalah sekitar 20m/s. Seperti serabut sensorik lainnya, serabut A-δ merupakan perpanjangan dari pesudounipolar neuron dimana tubuh selnya berlokasi pada akar ganglion dorsal. (4) Sedangkan serabut C merupakan suatu serabut saraf dengan tebal 1 mm dan tidak memiliki mielin. Karena serabut ini sangat tipis dan karena tidak memiliki mielin yang mempercepat transmisi saraf, kecepatan konduksi rendah, dan suatu rangsang berespon dengan kecepatan 1m/s. (4)
Selain dari peran serabut A-δ dan serabut C, disebutkan juga terdapat peran dari neuroregulator yang merupakan suatu substansi yang memberikan efek pada transmisi stimulus saraf, biasanya substansi ini ditemukan pada nosiseptor yaitu akhir saraf dalam kornu dorsalis medulla spinalis dan pada tempat reseptor dalam saluran spinotalamik. Neuroregulator ada dua macam, yaitu neurotransmitter dan neuromodulator. Neurotransmitter mengirimkan impuls elektrik melewati celah synaptik antara 2 serabut saraf dan neuromodulator berfungsi memodifikasi aktivitas saraf dan mengatur transmisi stimulus saraf tanpa mentransfer secara langsung sinyal saraf melalui synaps (4)
TRANSMISI
Disini terjadi transfer informasi dari neuron nosiseptif primer ke neuron di kornu dorsalis, selanjutnya ke neuron proyeksi yang akan meneruskan impuls ke otak. Transmisi ini melibatkan pelepasan asam amino decarboxilic glutamate, juga peptida seperti substantia P yang bekerja pada reseptor penting di neuron post-sinaptic. Selanjutnya ini akan memungkinkan transfer yang cepat dari input mengenai intensitas, durasi, lokasi, dari stimuli perifer yang berbeda lokasi.
Secara umum, ada dua cara bagaimana sensasi nosiseptif dapat mencapai susunan saraf pusat, yaitu melalui traktus neospinothalamic untuk ”nyeri cepat – spontan” dan traktus paleospinothalamic untuk ”nyeri lambat”. (9)
Pada traktus neospinothalamik, nyeri secara cepat bertransmisi melalui serabut A-δ dan kemudian berujung pada kornu dorsalis di medulla spinalis dan kemudian bersinapsis dengan dendrit pada neospinothlamaik melalui bantuan suatu neurotransmitter. Akson dari neuron ini menuju ke otak dan menyebrang ke sisi lain melalui commisura alba anterior, naik keatas dengan columna anterolateral yang kontralateral. Serabut ini kemudian berakhir pada kompleks ventrobasal pada thalamus dan bersinapsis dengan dendrit pada korteks somatosensorik. Nyeri cepat-spontan ini dirasakan dalam waktu 1/10 detik dari suatu stimulus nyeri tajam, tusuk, dan gores. (9)
Sebenarnya terdapat beragam jalur khusus hantaran sinyal dari kerusakan jaringan dibawa ke berbagai tujuan, dimana dapat memprovokasi proses kompleks. Transmisi nosiseptif sentripetal memicu berbagai jalur : spinoreticular, spinomesencephalic, spinolimbic, spinocervical, dan spinothalamic. (9) Traktus spinoreticular membawa jalur aferen dari somatosensorik dan viscerosensorik yang berakhir pada tempat yang berbeda pada batang otak. Traktus spinomesencephalik mengandung berbagai proyeksi yang berakhir pada tempat yang berbeda dalam nukleus diencephali. Traktus spinolimbik termasuk dari bagian spinohipotalamik yang mencapai kedua bagian lateral dan medial dari hypothalamus dan kemudian traktus spinoamygdala yang memanjang ke nukleus sentralis dari amygdala. Traktus spinoservikal, seperti spinothalamik membawa sinyal ke thalamus. (3)
MODULASI
Pada fase modulasi terdapat suatu interaksi dengan system inhibisi dari transmisi nosisepsi berupa suatu analgesic endogen. Konsep dari system ini yaitu berdasarkan dari suatu sifat, fisiologik, dan morfologi dari sirkuit yang termasuk koneksi antara periaqueductal gray matter dan nucleus raphe magnus dan formasi retikuler sekitar dan menuju ke medulla spinalis
Analgesik endogen meliputi :
- Opiat endogen
- Serotonergik
- Noradrenergik (Norepinephric)
Sistem analgesik endogen ini memiliki kemampuan menekan input nyeri di kornu posterior dan proses desendern yang dikontrol oleh otak seseorang, kornu posterior diibaratkan sebagai pintu gerbang yang dapat tertutup adalah terbuka dalam menyalurkan input nyeri. Proses modulasi ini dipengaruhi oleh kepribadian, motivasi, pendidikan, status emosional & kultur seseorang. Secara skematik proses modulasi dapat dilihat pada skema dibawah ini

PERSEPSI
Fase ini merupakan titik kesadaran seseorang terhadap nyeri, pada saat individu menjadi sadar akan adanya suatu nyeri, maka akan terjadi suatu reaksi yang kompleks. Persepsi ini menyadarkan individu dan mengartikan nyeri itu sehingga kemudian individu itu dapat bereaksi. (8)
Fase ini dimulai pada saat dimana nosiseptor telah mengirimkan sinyal pada formatio reticularis dan thalamus, sensasi nyeri memasuki pusat kesadaran dan afek. Sinyal ini kemudian dilanjutkan ke area limbik. Area ini mengandung sel sel yang bisa mengatur emosi. Area ini yang akan memproses reaksi emosi terhadap suatu nyeri. Proses ini berlangsung sangat cepat sehingga suatu stimulus nyeri dapat segera menghasilkan emosi. (7, 9)
RESEPSI

Stimulus (mekanik, termal, kimia)  Pengeluaran histamin bradikinin, kalium,  Nosiseptor  Impuls syaraf  Serabut syaraf perifer  Kornu dorsalis medulla spinalis  Neurotransmiter (substansi P) Pusat syaraf di otak Respon reflek protektif. Adanya stimulus yang mengenai tubuh (mekanik, termal, kimia) akan menyebabkan pelepasan substansi kimia seperti histamin, bradikinin, kalium. Substansi tersebut menyebabkan nosiseptor bereaksi, apabila nosiseptor mencapai ambang nyeri, maka akan timbul impuls syaraf yang akan dibawa oleh serabut saraf perifer. Serabut syaraf perifer yang akan membawa impuls syaraf ada dua jenis, yaitu serabut A-delta dan serabut C. impuls syaraf akan di bawa sepanjang serabut syaraf sampai ke kornu dorsalis medulla spinalis. Impuls syaraf tersebut akan menyebabkan kornu dorsalis melepaskan neurotrasmiter (substansi P). Substansi P ini menyebabkan transmisi sinapis dari saraf perifer ke saraf traktus spinotalamus. Hal ini memungkinkan impuls syaraf ditransmisikan lebih jauh ke dalam system saraf pusat. Setelah impuls syaraf sampai di otak, otak mengolah impuls syaraf kemudian akan timbul respon reflek protektif.
Contoh:
Apabila tangan terkena setrika, maka akan merasakan sensasi terbakar, tangan juga melakukan reflek dengan menarik tangan dari permukaan setrika.
Proses ini akan berjalan jika system saraf perifer dan medulla spinalis utuh atau berfungsi normal. Ada beberapa factor yang menggangu proses resepsi nyeri, diantaranya sebagai berikut:
• Trauma
•  Obat-obatan
• Pertumbuhan tumor
• Gangguan metabolic (penyakit diabetes mellitus)

PERILAKU ( BEHAVIOR )
Terdiri dari perilaku verbal dan non verbal dalam merespon suatu nyeri seperti keluhan atau komplain, rintihan, sikap dan ekspresi wajah.

PENANGANAN
Seperti yang kita ketahui bahwa nyeri klinis umumnya terdiri atas nyeri inflamasi dan nyeri neuropatik. Keduanya menunjukkan simtom yang sama tetapi berbeda dalam strategi pengobatan yang disebabkan perbedaan dalam patofisiologi. (9) . Nyeri nosiseptif timbul akibat stimulasi reseptor nyeri yang berasal dari organ visceral atau somatik. Stimulus nyeri berkaitan dengan inflamasi jaringan, deformasi mekanik, injuri yang sedang berlangsung atau destruksi. Oleh karena itu penting untuk mencari dan mengobati jaringan yang rusak atau yang mengalami inflamasi sebagai penyebab nyeri. Sebagai contoh, pasien datang dengan nyeri nosiseptif akibat polymyalgia rheumatic maka diberikan kortikosteroid sistemik. Akan tetapi, sementara mencari penyebab nyeri, tidak ada pendapat yang melarang pemberian analgesik untuk mengurangi nyeri. 10,11
Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri :
1. Budaya (etnis, keluarga, jenis kelamin, usia)
2. Agama
3. Strategi menyelesaikan masalah (“coping strategy”)
4. Dukungan dari lingkungan
5. Kecemasan atau stressor lain
6. Pengalaman sakit yang lalu
Untuk nyeri nosisepsi kronik, penanganannya berupa terapi farmaka,
blok transmisi saraf, dan alternatif. 12
Terapi farmaka terdiri dari
• Terapi analgesik seperti NSAID/ Paracetamol-opiod
• Terapi analgesik ajuvan, seperti antidepresan, antikonvulsan
Terapi blok transmisi
• Irreversibel, yaitu operasi dan destruksi saraf.
• Reversibel, yaitu injeksi anestesi lokal
Terapi alternatif
• Stimulator
• Akupuntur
• Hipnosis
• Psikologi
Tujuan keseluruhan dalam pengobatan nyeri adalah mengurangi nyeri sebesar-besarnya dengan kemungkinan efek samping paling kecil.

E. SUMBER

Priharjo, R (1993). Perawatan Nyeri, pemenuhan aktivitas istirahat. Jakarta : EGC hal : 87.
Shone, N. (1995). Berhasil Mengatasi Nyeri. Jakarta : Arcan. Hlm : 76-80 Ramali. A. (2000). Kamus Kedokteran : Arti dan Keterangan Istilah. Jakarta : Djambatan.
Syaifuddin. (1997). Anatomi fisiologi untuk siswa perawat.edisi-2. Jakarta : EGC. Hlm : 123-136.
Tamsuri, A. (2007). Konsep dan penatalaksanaan nyeri. Jakarta : EGC. Hlm 1-63
Potter. (2005). Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta: EGC. Hlm 1502-1533.

Mengapa Rokok Bisa Membunuh

By admin on 10.42

komentar (0)

Filed Under:


Sudah tak terhitung penelitian yang dilakukan untuk mengetahui dampak rokok terhadap kesehatan fisik dan emosi. Diperkirakan seperlima orang di dunia tiap tahun meninggal karena penyakti yang berkaitan dengan rokok.

Bila tidak sampai membunuh, paling tidak rokok akan mengurangi hak Anda untuk sehat lebih lama. Selain itu, rokok juga akan memperparah penyakit yang sedang Anda derita.

Penelitian menunjukkan, asap rokok mengandung sekitar 4.000 bahan kimia, termasuk bermacam-macam racun dalam takaran sangat kecil. Pada setiap isapan, racun-racun ini akan masuk melalui paru-paru, kemudian meneruskannya ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Sebagian racun-racun ini dikenal sebagai radikal bebas.

Riset teranyar yang dilakukan para peneliti dari National Cheng Kung University di Taiwan menunjukkan, zat karsinogenik dalam rokok yang disebut NNK menyebabkan kanker paru.

"NKK membuat akumulasi protein yang disebut DNMT1 di dalam inti sel. Selanjutnya, DNMT1 akan membuat gen berubah menjadi sel-sel tumor," kata peneliti dalam laporan yang dipublikasikan dalam Journal of Clinical Investigation. Para peneliti juga menemukan tingginya kadar DNMT1 pada pasien kanker paru dengan diagnosis buruk.

Sementara itu, nikotin dalam asap tembakau menyebabkan kelenjar-kelenjar adrenal memproduksi hormon yang meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung sehingga jantung Anda bekerja lebih keras. Ini salah satu alasan mengapa perokok berisiko menderita serangan jantung dan stroke.

Merokok juga mengurangi kemampuan Anda untuk tetap bugar karena menghabiskan oksigen yang diperlukan untuk menyegarkan tubuh dan otak Anda.

Sebuah studi yang dilakukan peneliti dari Inggris menemukan bahwa perokok yang tertular HIV dua kali lebih cepat mendapatkan serangan AIDS dibandingkan dengan bukan perokok.

SO, MASIH NIAT KAH ANDA MENGHISAP ASAP YANG TIDAK JELAS DAN TAK PUNYA MANFAAT ITU???

BY; ARPIAH HERPONI

5 Makanan Penawar Stres

By admin on 10.35

komentar (0)

Filed Under:


Stres, siapa yang tidak mengenal kata ini? Hampir tiap individu mengalaminya. Apalagi pada mereka yang sering sekali dikejar oleh batasan waktu. Kondisi stres seringkali membuat daya tahan tubuh menurun dan berakibat gampang menjadi sakit, mulai dari flu hingga penyakit jantung.

Sebenarnya makanan yang bisa mengurangi stres Anda seperti oatmeal hangat bisa meningkatkan kadar serotonin di dalam tubuh sehingga mengeluarkan rasa tenang dan nyaman. Makanan lainnya bisa mengurangi kadar kortisol dan adrenalin, dimana mereka merupakan hormon stres yang ada di dalam badan sepanjang waktu. Mari kita pelajari agar Anda bisa merasa lebih nyaman dan mengurangi tingkat ketegangan Anda.

1. Makanan mengandung karbohidrat kompleks
Karbohidrat mendorong otak untuk membuat serotonin sehingga menimbulkan rasa nyaman, sangatlah baik untuk memakan karbohidrat kompleks sehingga bisa dicerna dengan baik. Pilihan yang baik sebagai penghasil karbohidrat kompleks adalah sereal, roti, pasta, dan juga oatmeal. Karbohidrat kompleks juga bisa membuat kadar gula darah menjadi stabil.

2. Makanan mengandung karbohidrat sederhana
Makanan yang mengandung karbohidrat sederhana termasuk permen dan soda bisa mengurangi stres untuk waktu singkat. Gula sederhana yang dikandung di dalamnya bila dicerna akan menghasilkan kadar serotonin yang cukup tinggi.

3. Jeruk
Jeruk mengandung vitamin C yang banyak, kandungan vitamin C bisa mengurangi stres. Sebuah penelitian menyatakan bahwa mengkonsumsi 3000 mg vitamin C sebelum mengerjakan tugas yang membuat stres bisa membuat kadar kortisol dan tekanan darah menjadi normal kembali.

4. Bayam
Mungkin Anda masih ingat Popeye yang suka sekali memakan bayam? Ternyata ia tak salah menjadikan bayam sebagai makanan favoritnya. Kandungan magnesium di dalam bayam meregulasi kadar kortisol. Magnesium cenderung terbuang dari tubuh ketika kita stres dan memakan bayam menambahkan kadar magnesium di dalam badan. Selain bayam, jika Anda bukan pecinta bayam, magnesium juga terdapat di salmon dan kacang kedelai.

5. Ikan Omega-3
Untuk membuat kortisol dan adrenalin di dalam badan tetap oke, bertemanlah dengan ikan yang mengandung omega-3, seperti tuna dan salmon. Sehingga, selain mengurangi stres, juga baik untuk memproteksi jantung. Untuk hasil maksimal, konsumsilah 3 ons ikan omega-3 seminggu dua kali.

Dr.Intan Airlina Febiliawanti

JANGAN STRESSSS LAGIII OKKK--- KAN SEKARANG UDAH TAHU OBAT STERSNYA APA ....
SMANGATTTTTT ^^

Warna Kulit yang Berisiko Kanker

By admin on 10.25

komentar (0)

Filed Under:


Warna kulit dapat memengaruhi risiko seseorang terkena kanker kulit dan photoaging (penuaan akibat sinar matahari). Kerusakan kulit akibat sinar ultraviolet antara lain keriput, pigmentasi, dan kulit yang menjadi kasar.

Berikut ini klasifikasi kulit menurut The Fitzpatrick Classification of Skin Type, yang terdiri dari enam kategori:

1. Selalu terbakar, tidak pernah menjadi lebih gelap, cokelat (kulit yang pucat, putih).

2. Mudah terbakar, menjadi cokelat secara menimal (kulit putih).

3. Cukup terbakar, menjadi cokelat secara merata (kulit cokelat muda).

4. Terbakar secara minimal, selalu menjadi cokelat dengan baik (kulit cokelat).

5. Jarang terbakar, menjadi cokelat dengan jelas (kulit cokelat tua).

6. Tidak pernah terbakar (kulit yang banyak mengandung pigmen cokelat tua sampai hitam).

Orang-orang dengan kulit tipe 1 umumnya memiliki kulit pucat, putih, rambut merah atau pirang, bermata hijau atau biru dan keturunan Celtik (Irlandia, Skotlandia, Welsh, atau Breton). Orang dengan tipe kulit seperti ini berisiko paling tinggi mengalami berbagai masalah kulit akibat paparan sinar matahari, termasuk kanker kulit dan photoaging.

Orang-orang tipe 2 dan 3 memiliki kulit putih dengan pigmentasi lebih jelas, dan memiliki risiko sedang hingga tinggi untuk mengatasi masalah kulit akibat sinar matahari.

Sedangkan mereka dengan tipe 4 dan 5 memiliki warna kulit zaitun sampai cokelat, dan berisiko sedang sampai rendah untuk mengalami masalah-masalah kulit. Tipe 6 adalah mereka yang memiliki kulit cokelat tua sampai hitam. Risiko jenis kulit ini terhadap masalah kulit akibat sinar matahari hanya minimal.



jadi JAGALAH KULITMU SEJAK DINI JIKA KAMU MEMPUNYAI CIRI-CIRI KULIT YANG RENTAN TERKENA PENYAKIT SEPERTI YANG TELAH DI JELASKAN DI ATAS OKKKKKKKKK ^^

Pesan ALLAH dibalik gempa padang

By admin on 20.35

komentar (0)

Filed Under:


segala sesuatu kejadian di muka bumi merupakan ketetapan Allah SWT.demikian pula dengan musibah bernama gempa bumi. hanya orang-orang yang mengambil pelajaran lah yang beruntung. "gempa di padang jam 17.16, gempa susulan 17.58,esoknya gempa di jambi jam 08.52" ada apa sebenarnya dibalik jam-jam itu??? coba kita lihat Al-quran demikian ayat-ayat ALLAH SWT tersebut :
17.16 (QS. Al Israa ayat 16) : " dan jika kami hendak membinasakan suatu negeri maka kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan kami), kemudian kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya."

17.58 (QS. Al Israa ayat 58) "tak ada suatu negeri pun( yang durhaka penduduknya), melainkan kami membinasakannya sebelum hari kiamat atau kami azab (penduduknya) dengan azab yang sangat keras. yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab (lauh mahfuz)".

08.52 (QS. Al Anfaal ayat 52) (keadaan mereka) serupa dengan keadaan fir'aun dan pengikut-pengikutnya serta orang-orang sebelumnya. mereka mengingkari ayat-ayat Allah, maka Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-dosanya.sesungguhnya Allah maha kuat lagi amat keras siksaan-Nya.

tiga ayat Allah di atas, yang ditunjukkan tepat dalam waktu kejadian tiga gempa kemarin di Sumatera, berbicara mengenai azab Allah berupa kehancuran dan kematian dan kaitannya dengan hidup bermewah-mewah dan kedurhakaan, dan juga dengan keadaan fir'aun dan pengikut-pengikutnya.

semoga Allah memberikan yang terbaik untuk kita semua dan melindungi kita semua dari hal-hal buruk yang tidak kita inginkan. amiiinnnnnn

devisi materi mentoring Al-Islam dan kemuhammadiyahan FK UMS 2009

gudangpengetahuan